10 Kue Tradisional Khas Bugis – Makassar yang Wajib Dicoba Saat Wisata Kuliner di Makassar
10 Kue Tradisional Khas Bugis-Makassar – Suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan memiliki banyak keanekaragaman kue tradisional. Sebagian besar kue tradisionalnya biasa disajikan saat acara pernikahan atau upacara adat lainnya. Namun saat ini kue tradisional khas Bugis-Makassar banyak dijumpai di pedagang – pedagang kue tradisional di Kota Makassar. Berikut ini Tim El’s Queen merangkum sebagian kecil dari jenis kue – kue tradisional khas Bugis-Makassar wajib dicoba :
- Kue Baruasa
Merupakan kue tradisional dari suku Bugis – Makassar yang berjenis kue kering. Bentuknya oval seperti telur, memiliki rasa manis dan gurih. Kue Baruasa terbuat dari tepung beras dan kelapa parut sangrai, ada yang dicampur dengan gula pasir tetapi ada juga yang dicampur dengan gula merah. Biasanya kue Baruasa dihidangkan pada acara keagamaan atau pesta pernikahan, tetapi untuk wisatawan yang ingin menikmati kue Baruasa ini, dapat membelinya di toko oleh – oleh khas Makassar.
- Roti Maros
Roti Maros merupakan roti kasur seperti pada umumnya, tetapi yang membedakan adalah isian roti yang merupakan selai srikaya dengan resep khusus yang menjadi ciri khas dari Roti Maros. Industri Roti Maros ini sudah dimulai sejak puluhan tahun silam. Awalnya Roti Maros merupakan roti biasa yang dikonsumsi oleh masyarakat menengah kebawah, namun seiring perkembangan waktu, Roti Maros menjadi sebuah industri kuliner berupa roti yang menjadi ciri khas masyarakat Maros. Untuk menikmati Roti Maros ini, wisatawan dapat mengunjungi pusat Roti Maros yang berada di jalan poros Makassar – Maros. Biasanya Roti Maros cocok menjadi buah tangan warga Makassar yang ingin bepergian ke luar kota.
- Jalangkote
Asal usul nama jalangkote yaitu berasal dari kata ‘Jalang’ yang berarti jalan dan ‘Kote’ yang berarti kotek – kotek atau teriak, dahulu jalangkote dijual oleh anak kecil yang berjalan kaki keliling rumah ke rumah sambil berteriak – teriak. Jalangkote berbeda dengan pastel, karena kulit pastel lebih tebal dari Jalangkote. Jalangkote berisi wortel, kentang, tauge, dan laksa yang ditumis. Yang lebih istimewa adalah Jalangkote dimakan bersama sambal cair yang terbuat dari air cuka, sisa air tumisan isi jalangkote, cabai merah dan cabai kecil. Untuk menikmati Jalangkote, wisatawan dapat mengunjungi deretan kios Jalangkote yang berada di jalan Lasinrang.
- Dange
Dange merupakan kue tradisional khas Kabupaten Pangkep. Asal mula pemberian nama Dange ini adalah pada waktu masa penjajahan Belanda, warga Bugis-Makassar memberikan kue Dange ini kepada pihak Belanda, kemudian sebagai ungkapan terima kasih, Belanda mengucapkan Dank dalam bahasa Belanda yang artinya terima kasih. Karena sering mendengar kata ‘Dank’, maka warga Bugis-Makassar memberi nama kue tersebut Dange. Dange terbuat dari bahan utama kelapa parut, tepung ketan hitam, dan gula merah yang kemudian dipanggang dengan cetakan kue pukis. Dange memiliki rasa manis dan gurih dengan bentuk sekilas seperti kue pukis. Kue Dange ini banyak dijual di kios yang terdapat di sepanjang jalan menuju Kabupaten Pangkep.
- Cucuru Bayao
Kue Cucuru Bayao masih merupakan kue tradisional warga Bugis-Makassar di Kabupaten Pangkep. Kue Cucuru Bayao biasanya terdapat di acara pernikahan dan disajikan dengan kue tradisional lainnya. Nama Cucuru Bayao berasal dari bahasa Makassar, Cucuru yang berarti kue dan Bayao yang berarti telur, karena bahan baku utama kue ini adalah telur, gula pasir dan kenari memiliki bentuk bulat pipih dan bewarna kuning tua. Kue Cucuru Bayao memiliki rasa yang manis, gurih dengan aroma dan rasa telur yang kuat. Cucuru Bayao dihidangkan pada acara pernikahan adat Bugis-Makassar, karena memiliki simbol dan harapan yang baik bagi mempelai pengantin untuk kehidupan rumah tangganya kelak. Selain itu mitosnya bagi anak gadis yang memakan kue Cucuru Bayao ini maka tidak lama lagi akan bertemu dengan jodohnya.
- Katirisala
Kue tradisional khas Bugis-Makassar ini terbuat dari lapisan beras ketan hitam atau putih, dengan gula merah dan putih telur, serta memiliki rasa manis dan gurih. Lapisan atas yaitu beras ketan dan lapisan bawah merupakan kombinasi gula merah dan telur. Kue Katirisala biasanya dihidangkan pada acara pernikahan adat Bugis-Makassar, namun saat ini banyak dijumpai di penjual kue tradisional yang biasanya berjualan di pagi hari di Kota Makassar.
- Barongko
Barongko merupakan kue tradisional khas Makassar yang dibuat dengan bahan utama pisang raja atau pisang kepok yang dihaluskan, dicampur dengan telur dan santan. Bisa dimakan saat hangat maupun dingin setelah dimasukkan dalam kulkas. Dahulu Barongko merupakan makanan mewah dan dihidangkan sebagai makan penutup raja – raja Bugis-Makassar, selain itu juga dalam upacara adat seperti pernikahan, khitan, aqiqah, dan upacara adat lainnya. Kue Barongko memiliki makna Kejujuran, yaitu karena bahan utama dari pisang dan dibungkus dengan daun pisang, berarti bahwa apa yang terlihat diluar harus sama dengan yang tersimpan dalam diri kita. Kue Barongko juga dapat dijumpai di penjual kue tradisional pagi hari di Kota Makassar.
- Apang Bugis
Apang Bugis berbentuk seperti bola kecil sebesar kepalan tangan dan bewarna coklat. Bahan utama Apang Bugis adalah terigu dan gula merah, serta kelapa parut sebagai taburan. Awal mulanya Apang Bugis hanya dinikmati pada upacara tertentu yang diadakan di komunitas masyarakat Bugis. Makna dari Kue Apang Bugis adalah harapan akan kehidupan yang aman dan tenteram. Namun kini Kue Apang Bugis banyak dijumpai di penjual Apang Bugis di beberapa titik di Kota Makassar.
- Sikaporo
Kue Sikaporo memiliki bahan utama dari tepung beras, santan, dan gula pasir, memiliki tekstur lembut dengan rasa gurih yang tidak terlalu manis dan beraroma pandan. Kue Sikaporo dahulu merupakan makanan para bangsawan suku Bugis-Makassar, namun sekarang dapat pula dijumpai pada acara pernikahan adat Bugis-Makassar. Makna yang terkandung dalam Kue Sikaporo ini adalah sebagai sebuah simbol kelembutan dan kesederhanaan yang akan terbina dalam kehidupan berumah tangga. Jika penasaran dengan Kue Sikaporo, wisatawan dapat menjumpainya di penjual kue tradisional pagi hari di Kota Makassar
- Bolu Peca
Bolu Peca kue tradisional Suku Bugis-Makassar bukan seperti kue bolu pada umumnya, Bolu Peca terbuat dari bahan utama tepung beras dan telur, kemudian setelah matang kue Bolu Peca dicelup ke dalam air gula merah yang telah dididihkan sampai warnanya menjadi kecoklatan. Bolu peca memiliki rasa yang manis dan tekstur lembut. Bolu Peca biasanya dihidangkan saat upacara perkawinan adat Bugis-Makassar, maknanya agar kelak kehidupan keluarga mempelai dapat berlangsung damai. Kue Bolu Peca dapat pula dinikmati sebagai teman minum teh atau kopi pada pagi maupun sore hari.
Kontak Kami
Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.
-
Hotline
082344642837 -
Whatsapp
6282344642837 -
Messenger
https://www.facebook.com/els.lebang -
PIN BBM
BBM123 -
LINE ID
LINE123 -
Email
ilebang18@gmail.com
Belum ada komentar